SOEKARNO: OPINI Kartika Ayu Pujamurti


            Film Soekarno yang sempat mengundang kontroversi beberapa waktu lalu akhirnya resmi rilis pada tanggal 11 Desember 2013 serentak di seluruh bioskop Indonesia. Film ini sempat mendapat penolakan dari putra-putri Bung Karno terutama oleh Rachmawati dan Guruh Soekarno Putra, karena dianggap film ini hanya cenderung ke sisi komersialnya saja.
            Film Soekarno sendiri merupakan karya terbaru dari sutradara Hanung Bramantyo. Dalam film ini, Ario Bayu didaulat sebagai pemeran Soekarno. Film ini mengambil latar cerita kehidupan Soekarno di tahun 1920-an. Dalam film ini juga diangkat sisi romantisme Soekarno bersama ibu Inggit dan Fatmawati yang akan mewarnai perjuangan Soekarno dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia.

Lalu bagaimana pendapat masyarakat setelah menonton film ini ?
            Kartika Ayu Pujamurti, seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi Undip yang telah menonton film ini. Setelah menonton film ini, menurutnya film ini sedikit aneh. Karena menurutnya dalam film ini banyak di sisipin dengan banyolan-banyolan atau semacam lelucon. Tika menyontohkan seperti Sujiwo Tejo yang berperan sebagai ayah Soekarno, menurutnya dia membawakan peran itu seperti guyonan.
            Tika menganggap adegan-adegan itu sebagai ciri khas film ini.
“Tapi aku gak ngerti juga ketika film itu di konsumsi oleh orang lain, yang misalnya pas kloterku, mereka bisa ketawa semua, tapi gak tau apakah kalau di tonton oleh orang lain  di kloter yang lain di bioskop itu mereka bakalan ketawa juga.” Ungkap Tika. Menurutnya selera humor orang itu beda-beda.
            Menurut pandangan Tika, sapaan akrabnya, dia menilai kalau film Soekarno jenis filmnya lebih ke romance, dan kisah tentang perjuangan kaya proklamasi, peristiwa rengasdengklok, dan kisah bagaimana Jepang menekan Soekarno hanya ditampilkan sedikit. 

“Dalam Film ini tuh lebih diangkat gimana plaboynya Soekarno, gimana sih dia itu ngerayu cewek, terus romantisnya dia kaya apa gitu, tentang perjuangannya sendiri pun yang diambil cuman dikit gitu”. Jelas Tika.

“Tapi itu emang sejarah panjang, dan itu gak bisa di ringkas dalam satu film yang durasi nya dua jam”. Ungkap Tika.

            Tika mengaku bahwa bagian yang paling dia suka dalam film ini adalah saat semua penonton di suruh untuk menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Setelah menonton film ini, Tika mengaku bahwa dia baru mengetahui kalo Soekarno itu memiliki dualisme dalam hidupnya. Di satu sisi Soekarno sedang menyelesaikan masalah Negara , tapi gara-gara seorang wanita dia menjadi lemah.
            Tika mengatakan kalau Film Soekarno ini juga dia rekomendasikan untuk teman-temannya khususnya mahasiswa. “Pengennya ketika mereka semua nonton kita bisa diskusi bareng kritis gitulah.” Harap Tika.

            Saat ditanya tentang harapan perfilman Indonesia, dia mengatakan film Indonesia harus lebih bermutu lagi.
“Aku mulai salut, aku ambil contoh misal film horror mereka udah ga kaya bokep-bokepan lagi tapi uda kaya yang lebih menekankan pada segi ceritanya dan gimana membawa alurnya.”
“Dan begitu juga kaya film-film yang sejenis Soekarno ini, kaya misalnya Soegija ataupun Soe Hok Gie, Mereka arahnya sama, kiblatnya sama, pokoknya maju terus perfilman Indonesia”. Ungkap Tika.

[Desy Kurniasri]
Share this post :

+ komentar + 2 komentar

5 September 2014 pukul 17.57

Good..

5 September 2014 pukul 17.57

Posting Komentar

Bunga Flanel Florel.id

Translate This Blog

English Japanese Korean Arabic
Charlie, think. How much do you know about your uncle ?
-Shadow of a Doubt (1943)-
Diberdayakan oleh Blogger.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Omah Movie | Welcome Home ! - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger