Ajeng
Desiladewi adalah salah satu mahasiswa Universitas Semarang yang sangat suka
dengan film Rectoverso. “Ceritanya unik, 4 cerita tapi berasa nyambung menjadi
satu,” ungkapnya.
Di
dalam film ini terdapat kisah tentang firasat, persahabatan, cinta, dan human
interest. Setiap cerita memiliki unsur yang sama, yang membuatnya saling
berhubungan satu sama lain. Banyak cerita yang menurut Ajeng membuat film ini
menjadi tak terlupakan. Seperti firasat seseorang tentang kejadian yang akan
terjadi pada orang lain, ia sudah mengingatkan, namun orang itu tetap pergi,
dan terjadilah sesuatu. Juga kisah persahabatan yang mana sang cowok ternyata
menyukai si cewek. Namun ia tetap selalu berusaha untuk menjadi sahabat yang
baik, yang selalu ada saat si cewek membutuhkannya. Serta kisah seseorang yang
menyukai orang lain, namun hanya bisa melihat punggungnya saja, dan kisah anak
cacat yang mengundang perasaan.
Saat
ditanya tentang dunia perfilman indonesia, Mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi
semester 3 ini berkata, “menurutku, film horor indonesia semakin tidak jelas
arahnya, serta kekurangan mutu dan kualitas dari title film tersebut.” Sedangkan
untuk film-film dengan genre yang lain, terasa naik turun. Terkadang ada yang
bagus, terkadang ada juga yang standar.
Dan
untuk harapannya pada dunia perfilman, “lebih menunjukkan kualitas sesuai
genrenya saja, karena itu yang paling penting. Terutama film horor yang selama
ini terkesan senonoh.”
[Mar’atul
Hanifah]
Posting Komentar