3 hari yang
lalu, Kobayashi Makoto diduga melakukan bunuh diri dengan mengkonsumsi terlalu
banyak obat. Banyak hal yang harus dijelaskan oleh PuraPura mengenai keluarga
Kobayashi Makoto, dan kebiasaan-kebiasaan, serta sifat Makoto. Pemeriksaan demi
pemeriksaan ia lakukan, hingga akhirnya dapat kembali ke rumahnya. Dan
menjalani hidup yang biasa dilakukan oleh Makoto. Ia penasaran, mengenai alasan
Makoto bunuh diri, karena selama ia tinggal bersama keluarga Makoto, keluarga
itu sangatlah bahagia.
Makoto pandai dalam
melukis, bahkan sejak SD, dan sekarang ia telah kelas 3 SMP, dan bergabung
dalam klub seni. Dalam masa percobaan ini, ia akan mengetahui dosa besar apa
yang telah ia lakukan hingga meninggal. Makoto memutuskan untuk bunuh diri
karena syok berat melihat Kuwabara Hiroka, perempuan yang ia taksir, sedang
berjalan bersama pria paruh baya masuk ke hotel Futako-Tamagawa, lalu melihat
ibunya dan instruktur tari gipsi berjalan keluar dari hotel bersama, dan banyak
lainnya.
Setelah
mendengar kisah tentang ibu Makoto, ia pun menjadi jarang keluar kamar, bahkan
tidak mau lagi berbicara dengan ibunya. Makoto juga tidak mempunyai teman,
karena tak ada satupun yang menjenguknya, kecuali sang ketua kelas yang
mengetahui peristiwa bunuh dirinya. Makoto adalah orang yang lebih suka
menyendiri. Oleh karena itu, sekarang ia mencoba untuk menjadi lebih akrab pada
semua teman-temannya, termasuk Hiroka, dan kecuali Sano Shoko. Sano Shoko
adalah perempuan yang selalu ingin mendekatinya, namun itu justru terasa sangat
mengganggu baginya, karena sama-sama berada di klub seni, dan ia satu-satunya
orang yang mengetahui perubahannya.
Hiroka bukan
anggota klub seni, tapi ia sering mampir, dan akrab pada semuanya, termasuk
Makoto. Dan setidaknya, itulah yang membuatnya sedikit lebih bahagia dibanding
saat di rumah. Menurut PuraPura, dalam masa percobaan, roh memasuki raga yang
sesuai dengan taraf dosanya. Dan dosa roh ini sangat besar, sehingga ditugaskan
untuk memasuki tubuh Makoto yang juga mempunyai dosa besar.
Suatu hari
sepulang sekolah, Makoto melihat Hiroka yang sedang berjalan dan pergi bersama
pria paruh baya ke hotel yang sama. Dengan spontan, Makoto menggandengnya pergi
jauh dari hotel tersebut. Ternyata Hiroka melakukannya karena ia selalu ingin
membeli barang-barang yang mahal, dan keinginannya itu harus selalu dituruti
secepatnya. Sesampainya di rumah, Makoto menanyakan pada ibunya mengenai
instruktur tari gipsi. Lalu dia pergi ke luar rumah.
Mitsuru, ketua
kelas, menemukannya terbaring di kuil setelah dikeroyok geng preman. Dan
membuatnya pingsan selama hampir setengah hari. Saat terbangun, ia kedatangan
tamu, Sano Shoko, untuk menjenguknya dan membawakan satu plastik makanan
ringan. Namun, Makoto justru berhasil membuat Shoko membencinya.
Pada suatu hari,
ayah mengajaknya pergi memancing, agar dia lebih bisa menenangkan pikirannya
dengan melukis pemandangan di sekitar sungai. Disanalah Makoto mulai melukis
dengan hatinya, dan ayahnya menjelaskan tentang kondisi ibu, dan berharap Makoto
mau berbaikan dengan ibunya.
Saat makan
malam, semua berkumpul di meja makan untuk membahas hal penting. Mitsuru
ternyata membatalkan ikut ujian agar keuangan keluarga dapat fokus pada
pendaftaran sekolah Makoto selanjutnya. Demi Makoto menuju SMA favorit meski
harus mengeluarkan uang banyak. Tapi Makoto menolaknya, karena sudah berjanji
untuk mendaftar di sekolah yang sama dengan Saotome. Karena hanya Saotome lah
yang selalu mengajaknya bicara tentang semua hal dan merupakan teman pertama
yang ia dapatkan.
Sepulang
sekolah, Makoto meminta Saotome untuk tidak mengacuhkannya jika nanti ia
berubah. Karena ia sudah meminta PuraPura untuk menemuinya di atap sekolah. Roh
ini sudah mengetahui bahwa dosa besar yang telah ia lakukan adalah membunuh
seseorang, yaitu dirinya sendiri. Dan roh itu adalah roh milik Kobayashi
Makoto. PuraPura pun pergi meninggalkannya karena tugasnya sebagai pemandu
telah selesai, dan membuat Makoto amnesia mengenai dirinya. Dan Makoto pun
menjadi sosok yang periang bersama Saotome.
[Mar’atul Hanifah]
Posting Komentar